Share
8:07:00 PM

Kau Tahu Ini Sakit?




Dear Someone,
Aku masih ingat tanggal dimana kau bilang bahwa kau mencintaiku. Aku bahkan ingat bagaimana uniknya dirimu menyatakan cinta padaku. Aku merasa menjadi wanita paling bahagia saat itu. Bagaimana tidak? Caramu yang berbeda ketika menyatakan cinta padaku, telah membuatku jatuh hati padamu berkali-kali. Jatuh lebih dalam dari yang pernah aku rasakan sebelumnya.

Kau mungkin lupa. Lupa atau melupakannya itu tak penting bagiku. Tapi aku bahagia saat itu. Aku tak ingin membuatmu menunggu dan memberi kesempatan padamu untuk pergi sebelum aku menjawab. Lagi pula, aku pikir aku tak butuh waktu untuk memikirkan jawabanku. Karena aku pikir, kaulah yang akan menjadi terbaik dan terakhir.
Hari-hari penuh makna selalu kulalui. Kau tahu kenapa? Karena dirimu. Aku bahagia. Aku tak merasa menyesal. Aku tak merasa kecewa. Dan aku pikir, kaupun sebaliknya. Aku tak pernah memprediksikan bagaimana akhir dari kisah kita. Yang ada dalam imajinasiku hanyalah betapa indahnya hari-hariku kedepan yang akan kulalui dengan tetap bersamamu.
Tak ada kata yang sanggup melukiskan kebahagiaanku saat itu. Aku merasa sempurna. Aku telah jatuh terlalu dalam. Sehingga aku lupa bahwa orang yang paling membuatku bahagia adalah orang yang bisa menjadi paling membuatku sakit.
Tiba saatnya dimana kau mulai menggores luka di hatiku. Tapi kubiarkan karena hanya goresan kecil. Tapi kau terus menggoresnya tanpa mempedulikan sakit yang aku rasakan. Apa kau masih mencintaiku? Tapi semakin kutahan semakin menyakitkan. Akhirnya aku menjerit mengungkap segala kesakitanku. Kau lalu meminta maaf padaku. Dan kau tahu? Maafmu itu telah menutup goresan di hatiku. Tapi mungkin kau tak sadar bahwa aku masih merasa sakit.
Tapi agaknya kau melupakan maafmu. Kau kembali menggoresnya. Namun kali ini lebih berlahan dan bertahap. Aku tak tahu apa kau sengaja ingin melukaiku? Semakin lama goresan ini semakin melebar dan akhirnya aku menjerit lagi. Begitu seterusnya sampai aku lelah untuk menjerit sementara kau tak pernah lelah untuk menggoreskan luka di hatiku.
Kau tahu, sampai aku menulis ini sakit itu tak pernah berkurang. Mulai dari pertama kau melukaiku hingga akhirnya aku menjerit untuk mengakhiri kisah kita. Kau tahu, ini terlalu sakit. Aku telah terjatuh terlalu dalam. Dan kini aku susah untuk berdiri mendaki lagi. Itu sulit. Tapi mungkin akan ada seseorang yang datang padaku mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri dan bangkit. Siapapun dia, aku akan menunggunya.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Maaf Dek.

Posting Komentar

Share on :