Tubuh kecil nan mungil
itu terus membungkuk mengais sekeping rupiah dari setiap tempat sampah yang ia lewati. Jemari
mungilnya menggenggam tongkat kecil yang ia gunakan untuk menyibakkan sampah.
Apa yang ia cari? Ia hanya mencari botol-botol bekas dan sampah-sampah yang
bisa ia jual kepada pengepul. Matanya yang jeli itu tak hentinya menyusuri
setiap sudut jalanan yang ia lalui.
Tak banyak yang ia
harapkan dari hidupnya. Tak tinggi pula mimpi yang ingin ia gapai. “Tuhan, Nana
hanya ingin hidup yang tak pernah kekurangan makan. Tak besar mimpi yang Nana
ingin gapai. Nana hanya bermimpi suatu saat Nana bisa membelikan sarung dan
sajadah untuk Ayah.”
Sementara perutnya
menahan lapar dan kakinya menahan gemetar tubuhnya, di sudut kota yang lain, di
sebuah kompleks elit, nasi dan lauk pauk yang tak habis dimakan oleh majikannya
adalah milik kucing kampung. Kucing itu sengaja dipelihara hanya untuk
menghabiskan makanan majikannya.
Sementara ia mencari
sisa-sisa makanan di tempat sampah, sebuah keluarga nan kaya memprotes restoran
tempat mereka makan karena terselip seutas rambut dimakanan yang mereka makan.
“Makanan ini tak pantas dihidangkan pada kami. Jika kami mati keracunan
bagaimana?” Jika sehelai rambut membuat seseorang terbunuh, mengapa ribuan
bakteri di makanan Nana tak membuatnya mati juga?
Saat orang-orang yang
sedang berpuasa kemudian berbuka dengan menu yang bergizi nan lezat, ia hampir
tiap hari berpuasa karena memang tak ada sesuatu yang layak dimakan.
Suatu saat seorang
anak bersama sopirnya sedang menuju ke sekolah dengan mobil mewah. Ia membuka
kotak bekalnya. Dengan muka marah ia berkata, “Kenapa pakai selai nanas sih?
Aku kan nggak suka.” Ia membuang roti itu lewat jendela mobilnya. Betapa
sakitnya hati ibu anak itu jika ia tahu apa yang anaknya lakukan.
Sementara Nana
memungutnya dan membawanya pulang. Ia tahu bahwa ayahnya juga sedang kelaparan
di rumah. Ia membagi sepotong roti itu menjadi dua, dan memakannya bersama
ayahya. Tak terkira bahagianya dia saat melihat ayahnya dengan lahap memakan
separu potong roti itu.
2 komentar:
Masih bersambung kah?
Nggak sih.. tapi kalo dibuat bersambung juga bisa :)
Posting Komentar