Share
6:35:00 PM

Sepotong Roti Untuk Nana

Tubuh kecil nan mungil itu terus membungkuk mengais sekeping rupiah dari setiap  tempat sampah yang ia lewati. Jemari mungilnya menggenggam tongkat kecil yang ia gunakan untuk menyibakkan sampah. Apa yang ia cari? Ia hanya mencari botol-botol bekas dan sampah-sampah yang bisa ia jual kepada pengepul. Matanya yang jeli itu tak hentinya menyusuri setiap sudut jalanan yang ia lalui.

Tak banyak yang ia harapkan dari hidupnya. Tak tinggi pula mimpi yang ingin ia gapai. “Tuhan, Nana hanya ingin hidup yang tak pernah kekurangan makan. Tak besar mimpi yang Nana ingin gapai. Nana hanya bermimpi suatu saat Nana bisa membelikan sarung dan sajadah untuk Ayah.”
Sementara perutnya menahan lapar dan kakinya menahan gemetar tubuhnya, di sudut kota yang lain, di sebuah kompleks elit, nasi dan lauk pauk yang tak habis dimakan oleh majikannya adalah milik kucing kampung. Kucing itu sengaja dipelihara hanya untuk menghabiskan makanan majikannya.
Sementara ia mencari sisa-sisa makanan di tempat sampah, sebuah keluarga nan kaya memprotes restoran tempat mereka makan karena terselip seutas rambut dimakanan yang mereka makan. “Makanan ini tak pantas dihidangkan pada kami. Jika kami mati keracunan bagaimana?” Jika sehelai rambut membuat seseorang terbunuh, mengapa ribuan bakteri di makanan Nana tak membuatnya mati juga?
Saat orang-orang yang sedang berpuasa kemudian berbuka dengan menu yang bergizi nan lezat, ia hampir tiap hari berpuasa karena memang tak ada sesuatu yang layak dimakan.
Suatu saat seorang anak bersama sopirnya sedang menuju ke sekolah dengan mobil mewah. Ia membuka kotak bekalnya. Dengan muka marah ia berkata, “Kenapa pakai selai nanas sih? Aku kan nggak suka.” Ia membuang roti itu lewat jendela mobilnya. Betapa sakitnya hati ibu anak itu jika ia tahu apa yang anaknya lakukan.

Sementara Nana memungutnya dan membawanya pulang. Ia tahu bahwa ayahnya juga sedang kelaparan di rumah. Ia membagi sepotong roti itu menjadi dua, dan memakannya bersama ayahya. Tak terkira bahagianya dia saat melihat ayahnya dengan lahap memakan separu potong roti itu.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Masih bersambung kah?

Unknown mengatakan...

Nggak sih.. tapi kalo dibuat bersambung juga bisa :)

Posting Komentar

Share on :