Share
10:00:00 PM

You're My Candle

Aku terbangun dari tidurku karena mendengar suara berisik. Ah,rasanya belum puas aku tidur. Aku mengusap-usap mataku yang sangat terasa berat untuk dibuka. Aku melihat jam dinding yang tergantung di dinding kamarku. Ternyata masih jam satu dini hari.
Telingaku sudah sering mendengar suara seperti itu. Suara cek-cok mulut yang terkadang disertai suara benda yang dibanting. Dan akupun tahu itu suara Papa dan Mamaku. Dua bulan terakhir ini mereka memang sering bertengkar. Tak jarang aku mendengar mamaku menuduh papaku berselingkuh. Sedangkan papaku tak tinggal diam saja. Papa menyebut mamaku istri durhaka.

9:59:00 PM

Surat Terakhir Dari Ayah

Aku mengintip Nenek dan Ayahku yang sedang berbincang dari balik bilik bambu. Aku tahu dan mendengar apa yang mereka perbincangkan. Mereka sedang memperbincangkan keadaan ekonomi keluarga kami yang memang sedang mengalami kesulitan.
Kesulitan ini dialami keluargaku sejak rumahku dan toko-toko Ayahku terbakar. Entah manusia kejam mana yang tega melakukan semua itu. Setelah kami jatuh miskin, Ibuku memutuskan untuk menjadi TKI di Luar Negeri. Namun beberapa bulan setelah keberangkatan Ibu, sebuah surat datang yang diperuntukkan Ayahku. Surat itu berisi pemberitahuan Ibuku. Ternyata Ibuku telah menikah dengan majikannya. Entah setan apa yang merasuki Ibuku sehingga tega berbuat yang sedemikian itu.

9:58:00 PM

Selamat Tingga January

“Lo tahun baru mau kemana, Vir?” Tanya Rena padaku.
                “Entahlah. Mungkin Papaku ngajakin ke tempat bersalju untuk menghabiskan bulan pertama di tahun baru disana.” Jawabku singkat.
                Sesungguhnya aku malas mengikuti papaku untuk ke Eropa. Menghabiskan malam tahun baru di tempat dingin yang suhunya hanya beberapa derajat bahkan minus itu membosankan bagiku. Bagi gadis usia 18 tahun yang cinta fashion ini. Apalagi harus memakai baju tebal dan penutup kepala agar telingaku terlindung dari dingin ketika keluar rumah. Tapi kalau tidak ikut ke Eropa, aku akan kehilangan kesempatan belanja di sana.

9:57:00 PM

Kado Buat Mama

Aku tinggal di sebuah kota di komplek yang mayoritas pemilik rumahnya adalah kalangan pengusaha. Aku tinggal bersama mama dan seorang pembantu karena Papaku kembali ke Amerika setelah papa dan mamaku bercerai. Mereka bercerai ketika aku berumur 12 tahun. Samapi beberapa bulan setelah mereka cerai aku mengalami tekanan batin sampai aku harus opname di rumah sakit untuk beberapa minggu.

9:55:00 PM

Cinta Yang Sama

                Aku terus memandangi hujan yang turun melalui jendela kamar yang tertutup oleh kaca. Jemariku menyentuh kaca itu. Terasa dingin di jariku. Padahal ini seharusnya sudah memasuki awal musim kemarau. Namun hujan berintensitas sedang masih sering turun.
                Ku dengar suara ponsel Wina berbunyi. Aku membalikkan badanku dan meraih ponsel tersebut. Ada satu pesan dari orang bernama Angga. Aku baca pesan itu. “Sore Wina, lagi apa? Jaga kesehatan ya, hujan masih sering turun walaupun seharusnya sudah memasuki musim kemarau. Jangan lupa minum vitamin C.” itulah pesan yang aku baca.
                “Ih, Rena curang. Ngapain coba baca-baca pesan gue.” Kata Wina seraya merebut ponselnya yang masih kupegang.

9:52:00 PM

Bidadari Surga

Semua orang tahu bahwa aku termasuk anak yang berbakti. Aku kuliah di sebuah PTN di kota. Orang tuaku tergolong orang yang mampu. Dalam artian mampu memenuhi semua kebutuhan dan keinginanku.
                Kehidupanku berjalan biasa-biasa saja. Sampai akhirnya aku bertemu seseorang ketika aku menunggu bus di halte. Mungkin karena aku pulang terlalu malam jadi bus tidak ada yang melintas. Sampai berjam-jam aku menunggu bus. Tiba-tiba datang dua orang yang menghampiriku.
                “Mau kemana Non? Malam-malam kok sendirian. Ikut kami yuk.” Kata salah seorang tersebut.
                “Enggak Bang. Saya lagi nunggu bus.” Kataku tetap santai.
                Mereka mendekatiku dan mencoba menggangguku. Aku berteriak dan mencoba

9:50:00 PM

Andai Aku Jadi Imammu

Mereka selalu bilang kalau hidup itu hanya sekali, ngapain dibuat susah? Aku sealiran dengan mereka dalam menjalani hidupku. Aku membuat masa mudaku semenyenangkan mungkin. Mengekspresikan segala isi hati dan pikiranku.
Tapi orang tuaku selalu salah menilaiku. Mereka bilang aku tak beretika, salah pergaulan, dan bal.. bla.. bla. Tapi aku tak peduli apa yang mereka katakan. Asalkan uang saku tetep mengalir deras.